Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) adalah salah satu taman nasional yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Ditetapkan pada tahun 1980, taman nasional ini merupakan salah satu yang tertua di Indonesia. TN Gunung Gede Pangrango terutama didirikan untuk melindungi dan mengkonservasi ekosistem dan flora pegunungan yang cantik di Jawa Barat. Dengan luas 21.975 hektare, wilayahnya terutama mencakup dua puncak gunung Gede dan Pangrango beserta tutupan hutan pegunungan di sekelilingnya (Sumber dari Wikipedia).
Tapi kali ini, aku nggak akan membahas tentang gunung Gede atau Pangrango yang sampai detik ini belum berjodoh denganku. Iya, perih rasanya. Sama gunung yang katanya ‘dibelakang rumah nenek’ aja aku belum kesampaian, apalagi sama kamu *lah*.
***
Minggu, 06 September 2015
Ditengah kebosanan yang mendera dan rutinitas yang begitu-gitu aja, maka kami (Aku dan Bulan) memutuskan untuk ngebolang ke suatu tempat yang bisa dijangkau pulang-pergi dalam waktu satu hari. Oke, itu sebenarnya alibi. Kenyataannya aku yang memberi usul dan mengeluarkan jurus rayuan agar Bulan mau diajak ke Canopy Trail di TNGGP, dikarenakan rasa ngiler setelah melihat foto-foto dari teman.
Pagi itu kami janjian untuk meeting point (yailah berdua aja pake meeting point) di Indomaret Mencong pukul 06.00 WIB. Kami membeli hal yang paling penting, yaitu air minum dan jajanan. Saat kami keluar Indomaret, bus jurusan Ciledug – Kampung Rambutan melintas. Jadilah kami lari-larian mengejar bus, untungnya Bapak tukang ojek ikut teriak. Bukannya apa sih, bus di Ciledug itu hobi ngetem, jadi kalau ketinggalan ya harus menunggu bus baru yang lama banget itu.
Perjalanan menuju terminal Kampung Rambutan memakan waktu lebih dari satu jam. Suasana didalam bus juga ramai, mungkin dikarenakan tanggal muda.
Sesampainya di terminal, kami naik bus bernama Marita jurusan Kampung Rambutan – Cianjur (bukan Bandara di Tokyo lho, bukan!). Busnya nggak terlalu besar, bukan kayak bus kalau mau study tour atau mudik. Permasalahan bukan terletak pada besar kecil bus, tapi ngetemnya itu. Lamaaaaaaaaaa banget.
Singkat cerita, kami sudah sampai di Pertigaan Cibodas dan berganti menaiki angkutan kecil menuju TNGGP. Bagian deg-degan adalah… Katanya kalau mau ke Canopy Trail ada jam-jam tertentu, misalnya jam 11, jam 1, dst. Dan kami sampai di TNGGP dengan waktu yang mepet dikarenakan macet di pintu keluar tol.
Setelah melihat tulisan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang warna-warni dan mencolok, kami harus menaiki undakan tangga yang ada disebelahnya. Tidak jauh kemudian, ada rumah yang fungsinya sebagai tempat pembelian tiket masuk.
Untuk memasuki kawasan Canopy Trail Ciwalen, dikenakan biaya sebesar Rp 40.000 (bisa untuk masuk semua tempat wisata di TNGGP). Saat membeli tiket, Mbak penjaga akan menanyakan apakah sudah pernah kesana atau belum? Kalau belum, maka diwajibkan untuk menggunakan jasa guide dengan biaya Rp 50.000/kelompok. Dan kami memilih untuk menggunakan jasa guide karena takut nyasar.
Padahal mah setelah dijalanin…
Jeng jeng jenggggggg…
Jalan 5 menit juga udah sampai Canopy Trail dong 😦
Mau nyesel juga percuma, udah terlanjur. Jadi ya udahlah, diasikin aja.
Jembatan gantung sepanjang 130 meter dan tinggi sekitar 45 meter ini terlihat biasa aja, nggak terlalu spesial. Tapi yang bikin seru itu, sewaktu Bulan yang baru aku ketahui agak phobia ketinggian berjalan dengan pelaaaaaan banget menuju ujung. Dan dengan seenak jidat, aku berlari kencang dan berhenti tepat dibelakang dia. Jadi kalau saat itu Bulan jantungan, tau kan harus cari siapa 😀
Ciwalen juga punya Air Terjun, namanya Curug Ciwalen. Letaknya nggak begitu jauh dari Canopy Trail. Lokasinya ditengah-tengah pepohonan dan masih sepi banget! Aku lebih suka Ciwalen yang tenang ketimbang Cibeureum yang mainstream. Tapi ya, jangan berharap ada cipratan air deras.
Penasaran? Search aja coba, Air Terjun Ciwalen TNGGP 😀
Perjalanan dilanjutkan menuju Air Terjun Cibeureum. Dari Canopy Trail ini ada jalan alternatif menuju sana. Jalannya hanya satu jalur kecil dan melewati hutan, jadi disini ini fungsi utama dari aa guide yang entah siapa namanya.
“Nah, kalau mau ke Curug Cibeureum itu naik ke atas. Dari sini mah gampang, ikutin aja jalurnya. Kalian berdua aja ya yang naik, gue tunggu dibawah.”
Aku dan Bulan melongo dengar perkataan aa guide. Ini nih nggak tanggung jawab banget. Masa kita berdua ditinggalin di pertigaan jalur. Ya emang sih jalurnya udah jelas, tapi kan anterin kek gitu sampai tujuan. Kzl!
Dengan bibir rada manyun, kami berdua melewati jalur yang tenyata cukup bikin engap, berupa undakan tangga yang terbuat dari batu.
Saat lagi asik berjalan pelan sambil memandang batu, tiba-tiba ada suara kencang memanggil.
“KAK DINI!!!” teriak satu orang cowok yang melintas disebelahku.
Aku memandang cowok itu dengan muka aneh dan kaget. “Siapa ya?” tanyaku.
“Ini Billy.”
“Billy siapa ya?” tanyaku antara ragu dan lagi bayangin, ini adik kelas waktu kapan yak.
“Billy, masa nggak inget sih. Ah, parah! Ini Billy, Billy yang di Instagram!”
Jderrrrrr
Aku dan Bulan melongo lagi. Hari ini ajaib banget ya. Kalau aja Billy ini adalah adik kelasku, aku masih bisa terima. Lah ini, Billy-yang-di-Instagram. Kaget sih, masalahnya aku belum pernah ketemu langsung sama Billy. Dan yah, cuma like-like aja di Ig. Tapi makasih ya Bil udah menghapal wajah-wajah teman di Ig 🙂
Perjalanan dilanjutkan kembali. Sesekali Bulan diam dan tiba-tiba menengok ke aku sambil teriak, “Kak Dini!!!” tuh kan, si Bulan sungguh asem.
Kalau sudah menemui jembatan seperti diatas, tandanya perjalanan tidak akan lama lagi. Terus melewati beberapa jembatan, undakan tangga berbatu dan sesekali jalur datar, jika dari jauh terlihat gazebo, maka sampailah pada Air Terjun Cibeureum yang ngehits dan mainstream.
Katanya sih disitu ada 3 Curug, tapi aku kok cuma lihat 2 ya. Yaitu Curug Cibeureum dan Curug Cidendeng. Keseluruhan, aku lebih suka Curug Cidendeng yang lebih sepi dan tinggi. Tapi Curug Cidendeng ini nggak bisa untuk berendam sih.
Duh… emang seneng ya kalau main air-airan gitu. Apalagi yang namanya Curug alias Air Terjun. Suara air jatuh yang kencang, berpadu dengan pemandangan hijau dan suara binatang. Romantis abisss 🙂
Perjalanan pulang terasa lebih cepat. Ditengah jalan itu, kami bertemu dengan anak SD chubby yang lagi jalan sendirian dan abis diajak kemping sama Orang Tuanya sampai di Kandang Badak. Beberapa kali kami bertanya padanya, dan dijawab dengan suara pelan serta adegan kabur dari kami. Aku salut pada kedua Orang Tua anak itu, terima kasih karena sudah mengenalkan tentang alam kepada generasi penerus bangsa 🙂
***
Kami pulang pada sore hari. Naik mobil omprengan dari Pertigaan menuju tempat yang ada angkutan untuk ke Stasiun Bogor. Dan dapat zonk karena kena penutupan jalur. Sampai di seberang Masjid Agung, kami mengisi perut dengan sepaket McD yang aduhai.
Setelah naik satu angkot, kami sampai di Stasiun Bogor. Kereta malam hari itu penuh dan membuat kami berdiri. Barulah setelah transit di Stasiun Tanah Abang untuk menuju Sudimara, kami dapat tempat duduk.
Saat mau duduk itu terjadi adegan bibirku berdarah karena kepentok daypack, hasilnya kenangan ke TNGGP (dibaca: sariawan) membekas sampai 2 minggu kedepan. Oke, cerita nggak penting tapi jadi bagian dari kenangan juga. Mana ada coba yang kepentok daypack sampai berdarah? Emang dini doang sih yang aneh, mungkin kurang kopi.
Aku ingat saat ke Jonggol di Bulan Maret 2015 lalu, Fandi (teman SMA) pernah bilang kalau TNGGP bisa jadi alternatif kalau mau trekking santai dan kangen suasana hijau. Sayangnya aku langsung nolak pas diajak kesana karena aku pikir, disana pasti ramai banget. Tapi ternyata aku kegoda juga dan penasaran sama suasana disana, huehehe.
Benar kalau TNGGP bisa jadi obat dikala rindu pada suasana alam. Cukup sediakan 1 hari, bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum, serta bawaan yang nggak perlu ribet kayak naik gunung.
Aku sih udah pernah kesana, dan berniat suatu saat kesana lagi. Kalau kamu, kapan mau kesana? 🙂
aku belum pernha tp ada edelwies juga kan ya
LikeLiked by 1 person
Iyes kak win, edelweis ada di Gunung Gede dan Pangrango. Tapi aku beloman pernah kesana juga, hehehe
LikeLike
Asik ada nama gue uhuuuuy.
LikeLike
Iya iya, kan sogokan biar lu nemenin gue jalan-jalan lagi 😀 😀 😀
LikeLike
Kamu meet up dg sudara2mu dong disana? (baca; orang arab), *setelah diperhatikan emang mirip 😀
LikeLike
Ciyeeeeeeh yang suka merhatiin 😀
LikeLike
Salah komen aku…
LikeLike
Ciyeeeeeeh salah komen 😀
LikeLike
Ikut dong kalau mau ke sana lagi Mbak :hihi, suasananya hijau banget, dan kalau melihat curug, memang rasanya keramaian di sekitar itu seolah musnah :)). Dulu pernah sih ke TNGGP, tapi cuma menginap di Situgunung, eh ke Curug Sawer juga :haha, tapi saya nggak nolak kok kalau diajakin ke sana lagi :haha *pede banget*.
Siapa tahu ketemu situs megalitik juga di sana, toh? #eh
LikeLike
Bang Gara seriusan nggak? 😂
Yuk ikutan gabung tanggal 27 28 ini. Ada acara kemping ceria lho disana.
LikeLiked by 1 person
Tanggal segitu baru balik dari Bali sayanya :haha.
LikeLike
Baiklah bang gara. Kalau mau info atau apa japri line aja ya @diniiimuktiani
LikeLiked by 1 person
Siaap terima kasiih :)).
LikeLike
Hmm. Mau tapi gak kuat huhahahah
LikeLike
Kuat lah mbak noni, kan jalannya pelan-pelan 🙂
LikeLike
Kayaknya kalau naik gunung mba gak nekat sekarang Din, kasian juga yang nemenin aku haha
LikeLike
Aku juga kalau yang terlalu tinggi masih takut mba noni. Kecuali kalau aku bawa diri doang alias kerilnya dibawain orang 😀
LikeLike
aku selama ini ga ngeh kalo maksudnya taman nasional itu berarti di situ ada tempat wisata alamnya juga (selain pendakian). duh! kalo ke situ lagi, aku mau nyobain juga ah. tanpa nanjak
LikeLike
Hayuk kak mau ikutan kemping disana nggak???
LikeLike
Salam kenal diniii 🙂
Wahh anak gunung nih^^
Salam manis dri pembaca baru mu. Yukk ke lombok, ada gunung rinjanii disini.
LikeLike
Salam kenal bang uqi 🙂
Bukan, saya mah anak Ibu. Okesip, doakan semoga bisa ke Lombok entah kapan.
LikeLike
haha tauu ~~
Iyaa, lombok terlalu bagus. Jangan ke lombok, nanti gak bisa pulang haha
LikeLike
wah kayaknya untuk kelas rookie cemen cocok jalur ini ya …
ga teralu berat, ada hiburan canopy trail sama ada bonus curugnya …
LikeLike
Ya lumayan lah om untuk bikin mata hijau 😀 😀 😀
LikeLike
Canopy Trail Ciwalen itu cakep banget, euy.
Bagus nih buat refreshing dan menambah semangat setelah kerja stress di kantor, 🙂
salam
LikeLike
Bagus om, lumayan bisa buat one day trip 😂😂😂
LikeLike
buat anak bayi 1 tahun direkomendasikan gag kak. pengen ke jembatan itu
LikeLike
Jembatannya sih nggak terlalu jauh dari tempat beli tiket bang, sekitar 10 menit lah jalan. Jalurnya juga enak kok. Mungkin masih aman, hehehe. Bisa ditelepon dulu mungkin TNGGP-nya 😀
LikeLike
siap kak, matu thank you ya
LikeLike
kaki saya bakal kesemutan tuh kalau lewat jembatan itu, kamu ko berani ya lewat situ, padahal cewek loh,, kamu keren hehehehe
LikeLike
Itu karena nggak tinggi banget sih 😀
LikeLike
Gw pernah jalan kaki dari puncak pass sampai cisarua karna macet. Itu sepulang dari gunung gede dan akhirnya gempor
LikeLike
Wow, omcumi hebaaattttttt. Aku mah mending naik angkutan 😀
LikeLike
Macet banget ngak gerak, trus ada orang muntah dalam angkot. Akhir nya iseng aja
LikeLike
Iya juga sih mendingan jalan kalo gitu ceritanya mah 😀
LikeLike
Oh selain naik gunung, taman nasional ini juga bnyak area wisatanya ya. Mumpung lagi kerja di bekasi, sempetin jalan kesana lah, kalo diijinin cuti sih ama boss. Pengen banget ke puncak gn gede hihi
LikeLike
Samperin bang samperin! Rayu bos-nya biar dapet cuti, ahahahaha
LikeLike
Haahha, siap 🙂
LikeLike
Susaaah selebgraaam gak dimana2 ye lu kaak wkwkw kemaren di semeru gitu jugaak 😂😂😂
LikeLike
Lah itu sama orangnya ty. Emang dia juga, wkwkwk
LikeLike