“Kita mau ambil paket yang mana sih?” tanya Desty.
“Emn… Full Body Rafting.”
“Seriusan, full… body… rafting… Jadi selama berjam-jam kita bakal rafting pake body doang gitu?” tanya Desty lagi menyakinyan.
“Iya desty!!!” kataku antara gemes pengen nyolok atau nyekek.
Kemudian aku sadar. Full… Body… Rafting… Hemnnn, aku kan nggak bisa berenang!
Jadi ngapain aku sok mengambil paket Full Body Rafting. Emang sih pasti pakai pelampung. Tapi kemampuan berenangku amat sangat payah. Udah di tahap nyemplung air langsung tenggelam. Jadi gimana dong ini??? 😦
***
Cukang Taneuh atau Green Canyon (Ngarai Hijau) adalah salah satu objek wisata di Jawa Barat yang terletak di Desa Kertayasa Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis ± 31 km dari Pangandaran. Ngarai ini terbentuk dari erosi tanah akibat aliran sungai Cijulang selama jutaan tahun yang menembus gua dengan stalaktit dan stalakmit yang mempesona serta diapit oleh dua bukit dengan bebatuan dan rimbunnya pepohonan menyajikan atraksi alam yang khas dan menantang.
Nama Green Canyon dipopulerkan oleh seorang Perancis pada tahun 1993. Namun, orang Sunda menyebut Green Canyon dengan sebutan Cukang Taneuh atau dalam bahasa Indonesia berarti Jembatan Tanah. Nama Green Canyon ini juga merupakan pelesetan dari nama Grand Canyon yang ada di Colorado, Amerika Serikat (Sumber dari Wikipedia).
***
Sabtu, 19 Maret 2016
Sesuai Itinerary yang sudah disusun dalam waktu 1 Minggu, akhirnya kami (Aku, Desty, Livana, Nat, Rischa, Risa, Sheila) memutuskan untuk melakukan perjalanan menuju Green Canyon pada pukul 20.00 WIB malam ini. Dengan begitu, aku masih sempat berkunjung ke Bumi Perkemahan Ragunan untuk bertemu dengan teman-teman dari Iroquois (clan Metropolitan Jungle Ghost) yang sedang mengadakan acara kemping ceria sekaligus pembentukan pengurus keanggotaan baru.
Sebenarnya aku agak pusing kalau ada acara barengan gitu. Aku suka banget sama yang namanya kemping dan pengen ikutan acara Iroquois, tapi aku udah janji untuk ikut ke Green Canyon sejak beberapa bulan lalu. Nah, galau kan!
Akhirnya aku ambil jalan tengah. Siang hari setelah pulang kerja aku pergi ke Buper Ragunan, malamnya baru jalan ke Green Canyon. Solusi tersebut emang yang paling pas.
Sore itu aku sibuk bermain tanah sama anak-anak unyu (Neo dan Ragil), sampai akhirnya balada mobil sewaan menghancurkan segalanya. Pak driver dengan seenak jidat membatalkan orderan kami 4 jam sebelum keberangkatan. Ditambah lagi mobil milik Om Nano yang mau kami sewa keburu dipakai orang lain.
“Jadi, lu mau gue ambilin hammock atau tenda untuk tidur malem ini?” begitulah pertanyaan dari Fahmi, teman Kak Sulis yang baru ketemuan sore itu. Dan setelah perkataan Fahmi, semua orang berlomba untuk mendoakan agar aku nggak jadi jalan ke Green Canyon. Kalian tegaaaaa 😥
Tepat pada pukul 18.30 WIB, masalah terselesaikan berkat Om Nano yang menemukan driver pengganti. Ya emang sih harganya lebih mahal, tapi demi terlaksanakannya misi kali ini, kami semua menyetujui. Dan semua orang yang ada di Buper Ragunan harus dadah-dadah karena aku nggak jadi ikutan mereka menginap di Buper.
Pukul sembilan malam lebih kami memulai perjalanan menuju Pangandaran.
***
Minggu, 20 Maret 2016 (Pukul 01.30 WIB)
Mobil berhenti di daerah Ciamis karena bapak driver lapar. Katanya perjalanan menuju Pangandaran masih 3 jam lagi. Setelah memastikan kami semua siap, mobil kembali melaju. Sempat terjadi salah paham diantara kami dan pak driver. Jadi, bapak driver pikir kami mau ke tempat wisata Pangandaran. Udah masuk kedalam Pangandaran dan membayar tiket, eh pas sampai dalam ternyata bukan jalan menuju Green Canyon. Ahkirnya balada nyasar kali ini disertai dengan perang dingin antara kami dan pak driver, hingga akhirnya Livana menunjukkan arah menggunakan Waze dan menelepon Mas Ridwan (guide yang kami sewa untuk Body Rafting). Dengan begitu alis pak driver nggak keriting lagi.
Jam menunjukkan pukul 05.00 WIB dan langit masih gelap ketika kami sampai pada bangunan berjudul ‘Green Canyon Body Rafting Guha Bau’. Karena tempat tersebut beroperasi mulai pukul 07.00 WIB, kami sarapan bubur ayam dulu dipinggir sungai sambil menunggu sunrise yang terhalang mendung.
Tepat pukul 07.15 WIB kami melapor ke petugas untuk mendaftar ulang dan persiapan. Perjalanan kami kali ini didampingi oleh Mang Endri dan Mang Zam-Zam yang siap siaga selalu. Sayangnya kami lupa meminta deker untuk body rafting (guide-nya juga lupa nggak ngasih), hasilnya lutut kami jadi pada lecet akibat terbentur bebatuan.
Perjalanan dimulai dari Basecamp menuju start awal body rafting, yaitu Guha Bau mengunakan mobil pick up. Dari jalan beraspal sampai jalan berbatu yang hanya dapat dilalui oleh satu mobil.
Perjalanan berakhir pada sebuah gubuk usang bertuliskan ‘Guha Bau’. Dari sini kami akan berjalan menuruni jalur untuk menuju Guha Bau itu sendiri. Jalur ini berupa undakan tangga yang sekilas mirip dengan jalur ketika mengunjungi Curug (Air Terjun) di daerah Bogor. Semakin menurun, maka undakan tangga berubah menjadi tanah. Konon menurut Mang Zam-Zam, jalur yang kami lewati adalah bagian atas dari Guha (Goa) Bau itu sendiri.
Lalu sampailah pada tepi sungai. Untuk mencapai Guha Bau, kami harus melipir ditepian sungai. Jika sudah mencium aroma tidak sedap, itu tandanya sudah sampai pada Guha Bau. Kalau menurut Mang Zam alasan kenapa diberi nama Guha Bau, ya karena Gua ini emang bau sekali. Mungkin juga dikarenakan kelelawar disana jarang mandi!
Setelah berdoa, Mang Zam menginstruksikan bagaimana caranya untuk body rafting. Apa aja yang dilakukan kalau ada arus. Intinya mah, ya udah pasrah aja sama Mamang guide dan teman-teman.
Untuk start awal, hanya Livana dan Nat yang berani melompati batu. Sedangkan yang lain memilih untuk melewati aliran sungai yang tenang dan saling berpegangan pada pelampung yang ada didepannya. Karena kami terlambat, jadi kami menyusul Livana, Nat dan Desty yang udah berada diujung, lalu menepi sebentar untuk mengatur formasi.
Untuk body rafting, tidak selamanya harus nyebur ke sungai alias berenang. Ada kalanya kami harus trekking melewati jalur setapak berupa tanah ditepi sungai.
Setelah trekking beberapa meter, ternyata satu-satunya jalan untuk turun adalah dengan cara melompati batu. Nah kan kan kan…
Sesudah adegan loncat, berikutnya hanya melewati aliran sungai yang tenang dan terasa santai. Rasa santai itu nggak berlangsung selamanya. Ketika menemui arus atau aliran air yang kencang, Mang Zam akan menarik pelampungku terlebih dahulu. Katanya sih karena aku nggak bisa berenang, jadi tiap ada adegan loncat ke arus ya aku duluan yang kena. Mangggggg, capek tenggorokan ini kebanyakan nelen aer 😥
Bagian tercantik adalah saat melewati aliran sungai yang tenang. Saat itu tuh pemandangan atas adalah langit cerah, pemandangan disekitar adalah barisan pohon dan bebatuan. Romantis bangettttt. Sayang warna air di Green Canyon pada bulan Maret nggak terlalu hijau. Warnanya agak kecoklatan, nggak mirip Green Canyon.
Selain trekking melewati jalur ditepi sungai, ada saatnya kami berhenti di Rest Area (kata Mang Zam sih sebut aja begitu) entah kilometer berapa. Jadi ditepi sungai itu ada lahan berbatu yang cukup luas dan bisa digunakan untuk beristirahat serta membeli minuman dan bakwan hangat. Bakwan aduhai itu dimasak dirumah kayu atas, cara menurunkannya dengan ditaruh keranjang lalu dikerek kebawah. Untuk info aja ya, kalau mau jajan dan nggak bawa uang, bisa kok kas bon dulu. Tapi jangan lupa bayar pas sampai di Basecamp.
Lanjut ke perjalanan. Kalau sudah melewati Goa yang bau, tandanya perjalanan hampir selesai. Nanti diujung bebatuan itu akan ada tali yang menjuntai untuk menepi dan setelah itu perjalanan dilanjutkan menggunakan perahu.
“Mau naik perahu apa berenang lagi neng? Kalo perahu mah biasanya nunggu lama,” kata Mang Zam sambil ngelirik ke ujung sungai yang belum ada tanda perahu muncul.
“Perahu aja Mang, berenang lagi mah capek,” jawab kami mulai lemah.
Baru aja selesai berucap, eh diujung sana ada perahu yang muncul. Langsung aja kami kegirangan. Alhamdulillah, rezeki anak soleha 🙂
Ternyata perahu ini hanya mengantarkan kami pada tempat beristirahat ditepi sungai. Jadi semacam tempat transit gitu. Perahu berikutnya muncul setelah kami menunggu lebih dari setengah jam. Kelompok kami dibagi menjadi 2 perahu. Perjalanan dari tempat transit menuju Basecamp sekitar 10-15 menit, yang ternyata bermuara pada tepi sungai tempat kami menunggu sunrise pagi tadi.
Akhirnya perjalanan kami selesai. Percobaan body rafting juga lancar jaya, meski banyak terjadi adegan tenggelam, kaki tergores batu, nelen air sungai. Tapi ini asli seru abis!!! Terima kasih untuk Mang Zam-Zam yang udah setia menemani dan yang penting setia fotoin kita, huehehe. Juga Mang Endri yang kalem tapi kadang suka tiba-tiba narik pelampung. Kalian keren!
Ya udah, jadi intinya sih kapan kalian mau coba Body Rafting di Green Canyon? Kalau aku sih udah ngerasain 😀
Tempatnya kejauhan kak. Jadi sepertinya nggak akan pergi kesana. Tapi membacanya saja sudah cukup puas kok ha ha ha……
LikeLike
Kalo gitu ditempat yang deket aja kak body raftingnya, paling beda tipis kok sensasinya 😀
LikeLike
Keren Mbake, aku udah lama enggak main air… 😦
LikeLike
Jangan main air mas, jangan!
Ntar kasihan airnya kalo dimainin 😦
LikeLike
Oh enggak boleh ya? yang boleh apa?
LikeLike
Jangan dimainin, diseriusin aja itu mas aernya 🙊🙊🙊🙈🙈🙈
LikeLike
Okeh, noted!
LikeLike
kalo panas airnya jernih dan ijo… keceee kak
LikeLike
Kemaren mah pas kesana ijo kecoklatan gimana gitu bang. Jadi mirip sungai Cisadane 😀
LikeLike
tapi kan tetep seru..
rencana trip kemana lagi kak
LikeLike
Insha Allah bulan Mei mau ke Malang lagi bang 😀
LikeLike
ketemu ama mas rifqi (papanpelangi) dong.. asik anaknya 😀
LikeLike
Awalnya sama jurusan gunungnya, tapi kayaknya sekarang jadi beda jurusan nih bang 😀
LikeLike
hahahah walau beda jurusan yang penting bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan
LikeLike
Ini akan jadi salah satu bahan pertimbangan untuk pergi kesana 😀
LikeLiked by 1 person
Samperin bang samperiinnnnnn. Tapi nanti aja pas musim kemarau biar lebih hijau 😀
LikeLike
Noted ! Makasih sarannya 😀
LikeLike
Iyes, sama2 bang 🙂
LikeLike
airnya emang warna ijo ya Din?
LikeLike
Kayaknya sih iya mbak. Tapi se penglihatan aku sih masih ijoan airnya Teluk Hijau Banyuwangi 😀
LikeLike
Mau dong Mbak Din diculik kesana :3 hihihi ngerasain hujaaan abadinya 😦
Tapi agak ngeri sih kalau ikutan body raftingnya ._. apalagi itu kamu ada pengalaman tenggelamnya -_- aku mana bisa renang, pasti bisa tenggelam ._.
LikeLike
Aku males lah nyulik mas, kesian… ntar nggak ada yang nyari, kan jomblo 😀
Body rafting kayaknya cukup aman. Kan kalo tenggelam langsung ditolong guidenya, teriak aja yang penting mah, wkwkwk
LikeLiked by 1 person
Eng….. kok jadi malah sedih gini ya -_- nggak ada yang nyari. Jomblo. #FebriBiasaDiginiin wkwkwk 😀
Guidenya mau nolong aku? aku kan jomblo *LAH wkwkw
LikeLiked by 1 person
selalu jatuh cinta ama tempat ini, damai banget
LikeLike
Jadi omcumi lebih naksir tempatnya daripada orangnya 😭😭😭
LikeLike
wih seru ya body rafting, btw itu kok sepi pas hari apa ya? kesananya
LikeLike
Hari Minggu, tapi pas mulai musim ujan dan tanggal tua 😀
LikeLike
ini walau lelah seru bgt
LikeLike
Seru banget kak win! Cuma abis itu badan pada biru-biru semua, ahahaha
LikeLike
Hahaha itu galaunya ngorek-ngorek tanah? Ngakak! 😀
Ini destinasi udah dari kapan tau masuk list, cuma nyari nyocokin tgl btgkt sama yg lain susahnyaaa… Btw salam kenal mba, fotonya keren!
LikeLike
Namanya juga orang galau, kan nggak jelas kelakukannya, huehehe
Udah datengin lah bang secepatnya! Iya salam kenal juga, terima kasih 🙂
LikeLike
tempatnya recommended banget nih buat dijadikan tempat penghilang stress..
LikeLike
Iya kak bener banget 🙂
LikeLike
itu adegan lompat yang 9 meter pasti ! gue nyoba sampe 2 kali. hha
LikeLike
Da aku mah apa atuh bang, loncatan yang paling pendek aja langsung kelelep 😥
LikeLike
mau pendek atau tinggi sama sama tenggelem din. haha
LikeLike
masya allah seru banget ya, pengen nyoba mudah2an kesampaian aamiin.
salam kenal 🙂
LikeLike
Seru banget!!!
Aamiiin, semoga kesampaian. Salam kenal juga kak 🙂
LikeLike
aku juga abis dari sana dan emang keren banget, tak terlupakan pokoknya deh.. ajibbb seger hehehe
LikeLike
Tapi kenyang nelen air juga kak 😂😂😂
LikeLike
hahaha dari tadi aku malah fokus ke foto yg lagi berenang membentuk heksagon itu, soalnya kebayang seperti pas terjun bebas dari pesawat gitu, kan biasanya gitu juga. 😀 Hmmm so far saya belum pernah mencoba hal hal seperti itu mbak, mungkin karena belum waktunya ajah kali ya. kwkwk
LikeLiked by 1 person
Cobain bang! Keburu Green Canyon nya pindah 😂😂😂
LikeLiked by 1 person
Hahaha jangan panggil bang lah, saya baru lulus SMA kok.
LikeLike
seru bangetttt .. jadi pengen ikutan nyebur
dari dulu pengen kesini …. belum kesampaian juga
akhirnya hanya sampe green canyon karawang … hahaha
LikeLiked by 1 person
Jiahhh, nggak bisa bang nyebur sambil naik sepeda mah 😀
LikeLike
Salah satu tempat keren yang mau saya kunjungi niiih Mbaa Dini!
Pada saat ingin berangkat, eh malah saya justru harus mengurungkan niatnya hehe.
Kereen!
LikeLike
Datengin lah kak biar nggak penasaran 😂
LikeLiked by 1 person
November sih anak departement ku mau ke Green Canyon. Awalnya berasa males gegara sedepartement (biasa lah acara departement kan begitu-begitu), tapi, ngeliat dan ngebaca cerita Mbak Dini, , , Oh 😉
LikeLike
Tapi kalau musim hujan jelek val. Airnya keruh kayak lagi di sungai biasa 😂😂😂
LikeLiked by 1 person
Hmm,, iya juga sih.. entar malah di kira ke Blue Canyon.. bukan green.. ha ha
LikeLike
Wohooo… ADRENALINE RUSH!
Aku sampe detik ini masih cemen banget, blum berani aktivitas beginian 😦
LikeLike
Deg-degan maksimal mbak, apalagi pas pelampungnya ditarik sama guide, huehehehe
LikeLike