Cerita Sore

Pemeriksaan dengan Beberapa Dokter di BWCC Jagakarsa

16508908_2201116113445968_8626202187420846475_n.jpg

Sejak beberapa bulan lalu, aku rutin berkunjung ke BWCC alias Bintaro Women and Children Clinic sebulan sekali untuk video call-an sama anak yang masih di dalem perut. Nah, berhubung yang dekat dari Kemang adalah BWCC Jagakarsa, jadi kami periksa ke sana.

Sebenarnya setelah tau kalau hamidun, aku sering banget gonta ganti dokter untuk pemeriksaan. Selain karena nyari kenyamanan (ciyeh), aku juga mau membandingan beberapa tempat itu untuk melahirkan kelak.

Alasan ke BWCC, karena dalam setiap harinya ada dua sampai tiga dokter yang praktek dengan jam yang beragam. Cocok lah buat buibuk rumah tangga atau pekerja kantoran. Tapi yang awalnya membuatku ke BWCC adalah, karena aku udah terlanjur ambil cuti untuk periksa di RS Andhika (yang lokasinya nggak terlalu jauh dari BWCC Jagakarsa), eh ternyata aku kehabisan kuota untuk dokter Dian. Padahal aku cuma telat daftar 4 menit, hellawwwww. Sebegitu terkenalnya dokter Dian dikalangan buibuk Jagakarsa.

Nah… Karena galau-an, jadi selama ke BWCC Jagakarsa aku udah pernah kontrol dengan tiga dokter.

1.  dr. Nurfikha Handayani, SpOG

Beliau adalah dokter yang nggak sengaja terpilih karena aku kehabisan kuota dokter Dian, padahal udah waktunya kontrol dan terlanjur ambil cuti. Karena kepo, sebelum berangkat aku coba search foto dokter Nurfikha, tapi hasilnya nihil. Di instagram BWCC juga nggak ada fotonya. Kang Garem bilang kalau rata-rata dokter kandungan itu sama aja, pasti ramah.

Sampai di BWCC, aku ke bagian resepsionis. Nggak enaknya di sini tuh ya, harus buka sepatu kalau masuk. Kan males nyeker, wkwkwk. Jadi pas sampai aku laporan kalau mau periksa ke dokter Nurfikha, setelah itu di depan buku ditempelin nomor antrian. Owh, ternyata pasien dokter Nurfikha ramai juga ya, kirain dokter Dian doang yang ramai. Setelah menyerahkan buku, tunggu sebentar, lalu suster mengukur tensi dan berat badanku untuk dicatat pada buku kecil BWCC (lupa nih buku harganya berapa), serta menanyakan ada keluhan apa selama kehamilan. Sekitar 15-30 menit sebelum pemeriksaan, suster menanyakan apakah aku udah mau buang air kecil. Kalau udah, maka diminta menunggu di lantai bawah. Tempat nunggunya itu lho yang rada sempit. Hanya ada satu sofa dan 3 bangku. Sedangkan yang ke dokter kandungan itu udah pasti adalah pasutri (yaiyalah, tega amat kalau lakinya nggak mau nganter!).

Pertama kali bertemu dokter Fikha, rasanya biasa aja. Ramah, gaya bicaranya cukup santai namun agak-agak berlogat Jawa Tengah. Saat di USG, dokter Fikha lah yang pertama menebak jenis kelamin anak bayik. Tapi masih ada kata-kata “Mungkin” karena usia kandungan yang saat itu masih 14 minggu. Dan itu bener sih menurut hasil USG terakhir.

2.  dr. Dian Indah Purnama, SpOG

Nah, ini dia dokter yang susah banget ditemuin karena pasiennya banyak. Kalau lagi praktek di RS Andhika, kuota beliau hanya 15 atau 20 (lupa). Sedangkan kalau di BWCC, harus booking 2 minggu sebelumnya. Terkenal banget deh pokoknya!

Aku dapat rekomendasi dokter Dian itu dari Anggi pas pertama kali tau aku telat, karena aku cerita kalau aku nggak mau sama dokter laki. Akhirnya aku coba daftar via whatsapp ke RS Andhika pada malam Rabu. Alhamdulillah dapet kuota juga meskipun aku whatsapp pada pukul 10 malam karena ketiduran (harusnya start jam 8 malam). Aku sengaja cuti dan meluncur ke sana pada siang hari supaya nggak telat. Pas sampai sana, aku orang pertama yang datang meskipun aku di urutan nomer 9. Yang seharusnya mulai praktek jam 12.30, ini molor jadi jam setengah 3 sore. Ya aku maklum juga sih, takutnya beliau lagi ada lahiran mendadak atau gimana, namanya juga dokter nggak mungkin lah ya sengaja ditelatin. Begitu dapet urutanku, aku lupa kalau harus tahan pipis. Jadilah kantong kemihku kosong. Tapi begitu dokter Dian periksa, dengan yakin beliau berkata bahwa yang hitam kecil itu adalah kantong janin. Cuma masih terlalu awal, jadi belum terlihat janinnya.

Setelah berbulan-bulan kehabisan kuota dokter Dian, maka pada bulan Mei lalu aku dapat kuota dokter Dian di BWCC. Beliau mulai praktek jam 7 malam dan aku dapat kuota yang jam 8 ke atas, maka aku berangkat ke sana pada pukul 7 malam setelah selesai buka puasa. Ternyata oh ternyata… Sama aja ramainya! Rata-rata sih calon buibuk muda yang kontrol ke sana. Aku pun dapat urutan hampir akhir dan masuk ruangan jam 9 malam. Begitu masuk, aku agak kaget karena dokter Dian lebih cantik dari yang pertama kali aku ketemu. Sumpah, udah wajahnya bening putih, pakai khimar warna cokelat susu. Masih dengan pembawaannya yang ceria dan gayanya yang asik. Nah pas sama dokter Dian, anak ini mau dong nunjukin jenis kelaminnya. Terus dia gerak-gerak heboh. Kalau kata dokter Dian… “Kamu laper ya nak? Heumn, sepertinya dia laper, hahaha”. Padahal akutu udah mam nasi, dok. Kalau menurut aku, mungkin anak ini senang karena ketemu sama dokter yang pertama kali nengok dia di dalem perut. Karena waktu itu dia masih berbentuk kantong janin.

3.  dr. Andi Fatimah, SpOG

Atau yang biasa disapa dokter Mima. Ini juga sama sih kasusnya, nggak sengaja. Jadi rabu 3 minggu yang lalu, aku udah daftar untuk dokter Dian. Kang Garem juga udah ambil off di hari rabu. Kami otw dari kantor aku pada pukul setengah 5 sore. Namanya juga di motor ya kan, jadinya aku nggak tau kalau ada whatsapp dan telepon dari BWCC yang menyatakan kalau dokter Dian pindah hari praktek jadi Kamis, jreng jeng jeng.

Sesampainya di BWCC, petugas resepsionisnya bilang kalau mereka udah berusaha menghubungi aku. Setelah aku lihat handphone, iya juga sih. Tapi aku kan udah menerjang kemacetan Jak-Bar ke Jak-Sel, masa iya harus batal. Lagian besok mau ke sini sama siapa coba? Akhirnya aku merayu dan bilang ngak apa-apa deh sama dokter siapa aja, yang penting masih bisa periksa. Meskipun dalam hati kecewa karena nggak jadi sama dokter Dian. Setelah petugas menelepon dokter yang praktek sebelum jadwal dokter Dian, mereka memberitahu bahwa dokter Mima masih mau menerima pasien. Mungkin dokter Mima kasihan, karena udah jauh-jauh datang tapi jadwal dokternya berubah.

Dokter Mima itu cantik juga ternyata. Lebih cantik daripada foto di akun instagram BWCC. Suaranya itu lembuuttt banget. Cara menjelaskan dan menjawab pertanyaanku juga enak. Kayaknya dokter Mima jadi favorit juga nih setelah dokter Dian. Sayangnya jadwal dokter Mima nggak pas dengan jam pulang kerja aku, ini aja karena kebetulan dokternya masih standby di BWCC. Harusnya dokter Mima udah selesai praktek dari jam 5 sore pada hari rabu.

***

Oke, segitu aja pengalaman aku dengan beberapa dokter di BWCC. Sebenarnya masih ada 5 dokter SpOG selain yang tersebut di atas. Aku pengen juga ngerasain kontrol sama dokter Dini Utari karena nama beliau juga banyak disebut oleh blog-blog buibuk kece. Tapi aku masih belum sanggup berpaling dari dokter Dian. Dasar lemah, huft!

Oh iya, jujur alasanku yang paling utama  ke BWCC ya karena kepo aja gitu. Dan kebetulan di sana pro lahiran normal, dokternya perempuan semua, biaya untuk kontrol bulanannya cukup terjangkau dibandingankan dengan rumah sakit di daerah Kemang (ya iyalah!). Pendaftarannya juga mudah, bisa via whatsapp. Dan kalau udah waktunya kita kontrol, beberapa hari sebelumnya mbak resepsionis bakalan whatsapp untuk mengingatkan. Bahkan pada hari-H, paginya juga diingatkan. Pokoknya mbaknya tipe ideal buat para jomblo banget lah, wanita penuh perhatian, heuheu.

Btw, si dini yang biasanya review gunung atau tempat nongki tumbenan review tempat pemeriksaan begini. Aku pun merasa aneh dan sotoy dengan pendapat diri sendiri. Tapi semoga membantu ya review ala-ala Dini ini. Byebye~

6 thoughts on “Pemeriksaan dengan Beberapa Dokter di BWCC Jagakarsa

  1. Sehat selalu dan lancar sampai lahiran ya Din.

    Kamu Jakbar mana sih? Aku Kalideres (Citra 5)

    Kalau kamu deket ke Ciputra Hospital, aku saranin kemari (fasilitas super comfy pokoknya kalau amit2 butuh RS aku pasti bakal kemari) ketemu dokter Erik. Emang sih cowok, tapi asli Din, coba deh liat dr. Erik Sutandi, sekali liat matanya aja kamu bakal bisa liat seberapa friendly dan santainya dia (hospitalnya juga). Aku tuh tiap kontrol sampe lahiran sampe pasang spiral, sendiri (bener2 sendiri sama pembantu) dan aku nggak pernah ngerasa kesulitan ataupun diabaikan ataupun apalah itu nggak nyaman. Semua thanks to Ciputra dan dr. Erik. Kamu juga bisa WA dr. Erik kapan aja even in the midle of the night kalau kamu ada keluhan. Uh dabest.

    Makanan juga bisa request mau makan apa nanti pas udah lahiran.

    PS. Aku baca kok Dini prefer ke dr cewek. Aku share sekalian aja kali ada pengunjung yang nyari sekalian referensi dr cowok juga. He he

    Liked by 1 person

Leave a comment