Cerita Sore

Lika Liku TJ Blok M – Ragunan via Kemang

WhatsApp Image 2020-02-14 at 12.35.55 PM

Ada apa dibalik siang hari ini? Kenapa tiba-tiba si Dini nulis? Oh, tentu aja karena mengantuk, wkwkwk. Jadi aku mau curhat aja deh ya. Berhubung judulnya curhat, jadi ya nulisnya random banget. Begini curhatannya…

Belum terlalu lama sih, baru satu bulanan aja aku jadi pengguna setia TJ. Tepatnya sejak aku PP Benda – Kebon Jeruk. Karena udah nggak hamidun, jadi aku bisa bebas naik transportasi apapun. Dan aku merasa kalau TJ cukup praktis dan ekonomis untuk perjalanan pulang.

Rute pulang kantor :

Nebeng sampai halte Duri Kepa/Kebon Jeruk – TJ Jurusan Lebak Bulus – Transit di halte RS Medika Permata Hijau – TJ Jurusan Blok M – TJ Jurusan Ragunan via Kemang

Tapi di antara 3x ganti TJ itu, aku merasa kalau perjalanan dari Blok M menuju Benda adalah yang terfavorit. Ada beberapa cerita dan lika liku yang lahir dari sana.

1.  Bus Ukuran Kecil dan Besar

Saat di awal masuk kerja setelah cuti 3 bulan, aku sempat kesal saat naik bus ini karena ukurannya yang kecil terus, padahal seingat aku bus yang ke sana ada yang besar juga. Udah nunggunya lama, masyarakatnya banyak, eh yang datang cuma bus ukuran kecil. Rasanya tuh mau ngelempar pakai batu! Dan rata-rata yang naik bus ini adalah perempuan kantoran paruh baya, kan aku jadi bingung mau ngasih tempat duduk ke siapa (kalau pas kebetulan aku dapat tempat duduk), soalnya takut dibilang pilih kasih. Dan di dalam bus, jangan ditanya kayak apa. Mirip kaleng sarden, wkwkwk. Ternyata oh ternyata (menurut gosip buibuk sewaktu nunggu di Blok M), sempat ada perbaikan sistem yang membuat mereka memakai bus kecil. Buktinya sejak akhir Januari bus yang muncul ukuran besar, dan sekarang harus bayar dengan tap kartu (kalau bus kecil kan masih bisa pakai cash). Kini kami udah nggak seperti ikan sarden, terima kasih TJ.

2.  Pertikaian Masuk ke Dalam Bus

Nggak ada yang namanya ladies first kalau untuk bus yang satu ini. Nggak laki-laki, nggak perempuan, pada main dorong-dorongan pas masuk ke dalam bus. Malah kadang ada laki-laki yang nyelak dan dorong kencang dari belakang padahal di depannya banyak Ibu-ibu. Ingin ku lempar bom rasanya.

3.  Duduk di Depan

Selama dapat bus besar, aku paling suka duduk di bagian paling depan dekat pintu. Kenapa? Karena seru aja bisa lihat pemadangan (norak, kayak anak TK!). Tapi serius deh. Aku sampai hafal kalau bus akan kena macet dari Blok M sampai Kemang. Kalau ban bus akan lebih rendah ketika pintu terbuka, dan ban akan kembali tinggi ketika pintu ditutup. Atau masih ada beberapa penumpang yang belum punya kartu sampai satu mingguan setelah perbaikan sistem. Kalau bus TJ adalah penguasa jalanan. Nggak ada yang berani lawan bus ini karena bus akan mengklakson kencang jika ada hambatan. Padahal sepanjang jalur adalah daerah macet dan nggak ada jalur khusus TJ. Bus melintas di jalur yang sama dengan kendaraan lain sehingga naik TJ juga sama aja, tetap kena macet. Cuma lebih irit aja ongkosnya. Oh iya, aku juga suka lihat lampu warna warni yang menyinari jalan Antasari. Romantis romantis gimanaaa gitu.

4.  Kadang Ada Yang Saling Kenal

Bukan aku. Bukan aku yang mengenal penumpang atau pengemudi bus itu. Tapi beberapa orang yang ada di dalamnya. Misalkan, pada suatu sore ada perempuan yang kisaran usianya 37-45 masuk ke dalam bus dari Taman Kemang Raya. Perempuan itu (sebut saja Bunga) langsung mendekati pak pengemudi yang dipanggil Abang. Mereka pun ngobrol seru, biarpun Bunga salah naik bus (yang seharusnya jurusan Blok M malah jurusan Ragunan). Sekilas yang aku dengar, Bunga baru aja kelar interview untuk jadi ekspedisi di salah satu pengiriman paket. Akhirnya mereka berdua ngobrol heboh. Tapi biarpun nyablak begitu, Mbak Bunga adalah orang pertama yang mengacungkan kartunya ketika ada mbak-mbak penumpang baru naik yang nggak bawa kartu. Lalu ada anak kuliahan yang bawa-bawa buku Milea (mari kita sebut dia Kembang). Dandanan selayaknya anak kekinian, dan sepertinya belum lama jadi mahasiswi. Sepertinya dia sengaja naik bus yang ini karena yang jadi keneknya adalah kakak kelas dia sewaktu sekolah (soalnya dia manggilnya Abang). Lalu Kembang curhat di sepanjang jalan. Yang intinya… Kenapa pacarnya dia bisa cemburu sama Abang. Tapi yang ini cukup ganggu sih menurut aku. Soalnya curhatnya berisik, dan si Abang dipaksa untuk pendengarkan sambil menoleh ke muka dia. Padahal kan jadi asisten pengemudi harus memperhatikan jalan bus di depan. Tapi yaudahlah yaaa. Namanya juga badala cinta remaja, huft!

5.  Ucapkan Terima Kasih

Untuk orang yang telah mengantarkan perjalanan kalian dengan aman dan sentosa, jangan lupa ucapkan terima kasih. Sebenarnya ini tergantung kesadaran diri masing-masing sih, tapi kalau aku ya ucapin. Meskipun kadang pak pengemudi nggak membalas karena nggak terdengar atau apa, tapi ucapin aja. Makanya aku senang duduk di depan, karena kalau mau turun, aku akan berdiri di sebelah pak pengemudi. Lalu ketika bus berhenti aku bisa mengucapkan terima kasih ke pak pengemudi, kemudian setelah kaki melangkah turun dari bus, aku bisa mengucapkan terima kasih ke asisten pak pengemudi.

***

Bagaimana curhatan aneh ini?

Apakah udah aneh? Wkwkwk

Apapun itu, semoga jadi hiburan lah ya untuk teman-teman yang hidupnya sedang dipenuhi kesibukan. Jangan lupa ngopi biar semangat terus, yes!

7 thoughts on “Lika Liku TJ Blok M – Ragunan via Kemang

Leave a comment